Seminaris
adalah remaja yang mempunyai keterarahan dalam jalan panggilan imamat.
Lingkungan hidup tempat mereka hidup dan berada merupakan suasana yang mewarnai
sebagian besar pola pikir, pola perilaku dan wawasan diri mereka. Untuk itu pembinaan
di Seminari selalu diwarnai oleh suasana hidup yang mereka bawa dan juga
pengaruh relasional dengan orang-orang yang ada disekitarnya.
Fokus Pembinaan
Kelas Persiapan Pertama (KPP)
a.
Seminaris krasan
dengan tempat yang baru, teman baru, suasana baru, serta merasa bahagia sebagai
orang yang terpanggil.
b.
Seminaris
memiliki dasar hidup suci, sehat dan tekun dalam studi. Untuk itu mereka
dibimbing untuk mengenal dan mulai menghayati tradisi hidup rahoni, liturgi,
devosi, mengembangkan hidup sehat dan diperkenalkan dengan cara belajar efektif
efisien dalam rangka menumbuhkan budaya belajar.
c.
Seminaris memilki
dasar pengolahan kepribadian dan sosialitas. Untuk itu mereka dibimbing untuk
mulai mengolah seksualitas, mengenal norma dan nilai, membina kejujuran,
keterbukaan, mengatur hubungan dengan keluarga, belajar hidup bersama dan
memiliki mekanisme hidup berkelompok.
d.
Seminaris masuk
dalam proses re-mediasi, yakni
memperdalam dan meningkatkan pengetahuan yang telah diterima di SLTP sebagai
persiapan masuk SMU.
e.
Seminaris
menyelesaikan karya tulis ilmiah sebagai syarat kenaikan ke kelas I.
Kelas Satu (I)
a.
Seminaris masuk
SMU dan bergabung dengan siswa-siswi luar. Mereka dilatih untuk mengadakan
relasi yang sehat dengan lawan jenis.
b.
Seminaris
membatinkan nilai-norma dan kebiasaan yang sudah ditanamkan di Kelas Persiapan
Pertama (KPP).
c.
Seminaris
mengenal diri, menerima diri dan mengembangkan diri. Mereka dituntun dalam
usaha menjadikan Yesus sebagai tokoh identifikasi dan dalam usaha menjembatani
diri ideal dengan diri actual mereka.
d.
Seminaris
mendalami hidup doa, keheningan, persaudaraan dan mulai mengenal imam diosesan
serta Lembaga Hidup Bakti.
e.
Seminaris
menyelesaikan karya tulis sebaik mungkin (intern Seminari).
f.
Seminaris mampu
mengatur waktu secara efektif dan efisien untuk studi dan kegiatan
ektrakurikuler.
Kelas Dua (II)
a.
Seminaris
menemukan dan mengolah nilai-nilai yang memerdekakan dan membebaskan.
b.
Seminaris mampu
mengambil keputusan sesuai dengan panggilan hidupnya.
c.
Seminaris
menyelesaikan karya tulis sebaik mungkin (intern seminari).
d.
Seminaris mampu
mengungkapkan diri secara benar, sehat kritis-kreatif dan dewasa.
Kelas Tiga (III)
a.
Seminaris
menegaskan dan memantapkan keputusan panggilan hidupnya.
b.
Seminaris
memantapkan kedewasaan manusiawi kristiani.
c.
Seminaris
menyelesaikan karya tulis ilmiah,
d.
Seminaris
menyelesaikan ujian akhir di SMUK dengan hasil optimal.
e.
Seminaris siap
melanjutkan studi ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Aspek dan Kegiatan Pembinaan
Proses
Pembinaan di Seminarium Marianum Keuskupan Malang merupakan pembinaan
berkesinambungan agar seminaris dapat mewujudkan profil lulusan yang mengacu
pada aspek sanctitas (kesucian), sanitas (kesehatan), scientia (kepandaian), simplicitas (kesederhanaan), societas (persekutuan), solidaritas (kesetiakawanan). Visi dan
Misi seminari menjadi acuan dasar pembinaan dan dasar aneka kegiatan yang
diselenggarakan selama proses pembinaan di Seminarium Marianum. Maka pembinaan
seminaris mencakup enam aspek di atas.
Aspek Sanctitas
Para seminaris
dibimbing untuk beriman dan mengikuti Kristus serta meneladani Bunda Maria
dalam menghayati panggilan hidup. Lewat pembinaan sanctitas, seminaris didampingi agar berkembang dalam hidup rohani,
panggilan, serta dalam hidup menggereja dan masyarakat.
Pembinaan Hidup
Rohani
a.
Seminaris
diperkenalkan dengan tradisi doa dan devosi antara lain melalui kegiatan doa
sadhana, meditasi, doa harian dan ziarah.
b.
Seminaris
terlibat dalam liturgi dengan mempersiapkan, menyelenggarakan, menghayati ekaristi,
tobat, ibadat sabda, completorium, renungan, puncta, doa
lingkungan.
c.
Seminaris
didampingi untuk berkembang dalam iman, harapan dan kasih melalui bimbingan
rohani, retret tahunan, rekoleksi
bulanan, Legio Maria, refleksi, konferensi, instruksi, bacaan rohani, Kelompok Kitab
Suci, dan “corectio fraternal.”
Pembinaan Hidup Panggilan
a.
Seminaris didampingi
agar tumbuh dan berkembang kearah kedewasaan sesuai dengan usianya sehingga
mereka semakin mampu mengambil keputusan hidup sesuai dengan panggilannya.
b.
Seminaris didampingi
agar mengenali panggilan Tuhan dengan menelusuri sejarah hidupnya. Oleh karena
itu, mereka diminta menulis sejarah hidup dan panggilan. Motivasi panggilan
yang masih berorientasi fungsi dan status dimurnikan kearah motivasi rohani dan
apostolik.
c.
Seminaris didampingi
untuk mengenal corak hidup imam diosesan dan religius, antara lain dengan
membaca dan mendalami dokumen Gereja serta mengunjungi tempat-tempat pembinaan
calon imam dan biara, sehingga pada waktunya mampu membuat keputusan yang tepat
sesuai panggilannya. Mereka juga didampingi agar mengenal, dan mulai menghidupi
tiga nasehat Injili (kemiskinan, kemurnian dan ketaatan) yang merupakan
tuntutan radikal kehidupan kristiani dan imam.
d.
Seminaris perlu
menyelenggarakan “Aksi Panggilan” untuk memberi kesaksian panggilannya sebagai
seminaris, mengenal Gereja dan umat setempat dan menumbuhkan semangat merasul.
e.
Orang tua dan
keluarga dilibatkan dalam pembinaan panggilan seminaris. Keterlibatan itu
dilaksanakan pada saat seminaris berlibur, pada Hari Orang Tua, pada hari
kunjungan orang tua dan melalui surat-menyurat.
f.
Para Romo Paroki
dilibatkan dalam pembinaan panggilan seminaris juga, melalui kesempatan yang
diberikan kepada seminaris untuk terlibat aktif di paroki pada waktu liburan.
Pembinaan Hidup Menggereja dan Masyarakat
a.
Sebagai calon
imam dan bagian dari jemaat Gerejani dan masyarakat, seminaris perlu di beri
pembinaan kearah kehidupan menggereja dan memasyarakat.
b.
Seminaris
didampingi agar berkembang dalam semangat pelayanan dan kerasulan. Sarananya
antara lain:
a.
Menjadi petugas
liturgi (koor, lector, misdinar) dalam Ekaristi di paroki sekitar Seminarium
Marianum.
b.
Terlibat dalam doa-doa lingkungan atau
kelompok doa di paroki Probolinggo dan sekitar.
c.
Mengikuti ceramah
yang diselenggarakan oleh Seminarium Marianum atau SMUK Mater Dei atau pihak
luar sejauh oleh pembina dilihat bermanfaat.
c.
Seminaris
didorong untuk membangun kerjasama dengan pemeluk agama lain, kepercayaan dan
kelompok lain. Bentuk kerjasama itu diwujudkan antara lain dengan; sarasehan, ceramah,
kunjungan, diskusi, dialog.
d.
Seminaris
didampingi agar rasa sosial dan kepekannya akan keadilan berkembang. Mereka
juga dididik untuk memilik pandangan yang sehat dan benar tentang masyarakat
dan seminarium; tekun, kritis-analitis dan refleksif dalam menyerap informasi
melalui multi media.
e.
Seminaris
berlatih memimpin dan berorganisasi dengan dijiwai oleh semangat melayani dan
rela berkorban. Untuk itu, setiap seminaris diberi tugas dan tanggungjawab
dalam seminarium dan maupun di sekolah (keterlibatan dalam OSIS)
f.
Seminaris
dibimbing agar memiliki ketrampilan menjalin hubungan antar pribadi yang baik
dan dewasa, dengan pria maupun wanita.
g.
Mereka dibina
agar mengembangkan empati mengungkapkan emosi secara benar, menghargai kebaikan
orang lain, memperhatikan sopan-santun dalam menggunakan telepon,mengirim atau
menerima surat, serta bertamu atau menerima tamu.
Aspek Sanitas
Demi keseimbangan
kepribadian dan imamat, seminaris dituntut berbadan sehat dan berkepribadian
dewasa.
Pembinaan
Kesehatan Badan
Seminaris yang
diterima di seminari harus dinyatakan sehat oleh dokter. Bagi seminaris yang
sakit disediakan kamar sakit. Bila sakit cukup berat, seminaris dibawa ke rumah
sakit atau dokter supaya mendapatkan pemeriksaan dan perawatan. Biaya sakit dan
pengobatan ditanggung oleh orang tua seminaris.
Seminaris
menyediakan makanan dan minuman yang sehat dan memenuhi standar gizi, agar
pertumbuhan dan kesehatan badan seminaris terjaga. Selain itu, kesempatan
makan-minum merupakan sarana untuk melatih hidup bersama, melatih pengendalian
diri serta mengatur selera dan kenikmatan.
Seminaris
menyediakan sarana dan kesempatan berolahraga, antara lain: sepakbola, basket,
volley, tenis meja, panjat tebing dan mendaki gunung.
Setiap hari ada
Opus Manuale (kerja) pagi dan sore. Seminaris membersihkan rumah dan
lingkungan. Pada waktu-waktu tertentu diadakan Opus Magna (kerja besar).
Untuk menjaga
kesegaran badan dan jiwa, seminaris perlu berekreasi dan beristirahat
secukupnya. Seminaris dilatih mengatur waktu untuk berekreasi bersama dan
memanfaatkan waktu tidur serta diberi kesempatan untuk ambulation (jalan-jalan).
Liburan Natal,
Paskah maupun akhir tahun pelajaran diberikan kepada seminaris untuk menjalin
relasi dengan keluarga, kenalan, masyarakat serta pastor Paroki untuk
mendapatkan kesegaran baru dalam kehidupan. Untuk itu seminaris tidak
diperkenankan untuk tinggal di seminari pada waktu liburan tersebut.
Pembinaan
kedewasaan Manusiawi
1.
Seminaris
dibimbing agar mengenal diri menerima keadaan diri serta keluarga dan
lingkungan yang membesarkannya. Maka mereka diminta menulis sejarah hidup yang
kemudian diolah bersama pembina di seminari.
2.
Setiap seminaris
wajib memiliki seorang pembimbing rohani, yakni seorang imam yang dipilih
sendiri dan disetujui oleh Rektor. Hendaklah seminaris wajib mengadakan
bimbingan rohani.
3.
Seminaris
dibimbing agar mempunyai kemampuan berelasi secara sehat. Usaha itu ditempuh
antara lain melalui pergaulan dengan teman, guru dan Pembina, maupun karyawan.
Melaluinya seminaris berusaha mengembangkan kejujuran, keterbukaan, kemampuan
berdialog, solidaritas, kerjasama, rasa menghargai,perhatian kepada orang
sakit, belas kasih, kerelaan bergaul dengan semua orang, dan kemampuan
menyelesaikan konflik.
4.
Seminaris
dibimbing dalam menghayati seksualitasnya, antara lain dengan ceramah tentang
seksualitas. Pembinaan itu dimaksudkan untuk membantu penghayatan seksualitas
dan pergaulan yang wajar dan sehat.
5.
Seminaris
dibimbing dalam mengembangkan kemerdekaan hati dan tanggungjawab. Oleh karena
itu, perlu ditanamkan sikap-sikap disiplin dalam segala hal, tekun dan kerja
keras, jujur dan terbuka dalam membawakan diri dan siap sedia menjalankan
tugas.
Aspek Scientia
Pembinaan scientia berupa pengembangan terbimbing
bagi seminaris dalam bidang pengetahuan, ketrampilan dan organisasi. Pembinaan
ini dimaksudkan agar seminaris memiliki kedisiplinan berpikir, tradisi membaca
dan studi yang kuat, serta semangat untuk mengembangkan potensi-potensi
dirinya.
Pengembangan
Pengetahuan
1.
Seminaris
mengikuti program pendidikan Seminari yang terbagi menjadi 2 bagian, yakni:
a.
Kelas Persiapan
Pertama (KPP), yakni kelas untuk seminaris lulusan SLTP. Kelas ini dimaksudkan
sebagai tahun penyesuaian dan persiapan untuk masuk SMU. Lamanya satu tahun dan
sistemnya gugur.
b.
SMU yakni tingkat
pendidikan formal SMU. Mereka masuk dan studi di SMUK “Mater Dei” Probolinggo.
Tingkat ini meliputi kelas I, II, dan III. Tingkatan ini mengikuti kurikulum
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan di SMUK Mater Dei, serta ditambah dengan
kurikulum Seminari (bahasa asing, Kitab Suci, Spiritualitas)
2.
Seminaris diberi
waktu studi setiap hari pada sore dan malam hari. Diharapkan, para seminaris
berinisiatif memanfaatkan waktu-waktu luang untuk mengembangkan pengetahuan,
bakat, minat dan ketrampilan.
3.
Diharapkan,
Seminaris memiliki minat baca yang tinggi. Untuk mencapai tujuan tersebut,
Seminari menyediakan antara lain buku-buku sekolah dan perpustakaan, majalah
dan Koran yang mendukung.
4.
Seminaris
diberikan kesempatan untuk mengikuti ceramah atau seminar yang diadakan oleh
Seminari atau SMUK Mater Dei maupun oleh pihak luar agar terdukung usahanya
mengembangkan pengetahuan manajemen acara resmi.
5.
Pengembangan
Ketrampilan
a.
Untuk
mengembangkan kemampuan seminaris dalam mengarang, seminari menyediakan tenaga
untuk latihan menulis, mengadakan latihan jurnalistik dan karang mengarang
dalam majalah Duc In Altum, majalah
dinding seminari, majalah sekolah. Kecuali itu seminaris didorong untuk ikut
serta dalam lomba mengarang yang diselenggarakan instansi lain.
b.
Seminaris dilatih
agar mempunyai ketrampilan berbicara di depan umum secara logis, runtut, tajam
dan terpola (Public Speaking), antara
lain juga melalui forum Sidang Akademis (St. Thomas Aquino).
c.
Seminari diberi
wadah untuk mengembangkan ketrampilan dan olah seni drama, tari, estetika.
d.
Seminaris diberi
wadah untuk pengembangan seni musik melalui pelajaran di sekolah, olah vocal
(koor), band.
e.
Seminaris dilatih
mengetik secara benar dan trampil menguasai komputer serta internet.
Pengembangan Kemampuan Berorganisai
1.
Seminaris dilatih memimpin dan berorganisasi secara
benar dan baik, melalui Latihan kepemimpinan Tingkat Dasar (LKTD), OSIS,
Kepengurusan Sidang Akdemis, Kepanitiaan dan acara-acara tertentu.
2.
Seminaris dilatih
berorganisasi secara baik. Melalui: surat-menyurat, membuat program rencana
kerja, melaksanakan program kerja serta mengevaluasi program kerja tersebut.
3.
Seminaris dilatih
untuk membuat laporan penggunaan keuangan secara teratur dan bertanggungjawab.
4.
Seminaris dilatih
untuk mengenal lembaga-lembaga organisasi lainnya.
5.
Seminaris dilatih
untuk mengorganisasi sebuah acara dengan memperhatikan; latar belakangnya, visi
dan misinya, tujuannya, programnya, pelaksanaannya, waktu pelaksana, anggarannya.
Aspek Simplicitas
(Kesederhanaan)
1.
Seminaris dilatih
untuk mampu menghayati hidup sederhana dengan fasilitas yang ada.
2.
Seminaris dilatih
dan dibiasakan menggunakan secara optimal fasilitas-fasilitas yang minimal.
3.
Seminaris dilatih
untuk mampu secara kreatif menciptakan, seturut kemampuan, sarana-sarana yang
mereka butuhkan.
4.
Seminaris dilatih
untuk ugahari dengan apa yang mereka miliki.
5.
Seminaris dilatih
untuk bersikap jujur, tulus dalam hidup dan tindakan mereka.
6.
Seminaris dilatih
untuk memakai pakaian yang sopan, sederhana dan tidak memakai asesoris apa pun.
7.
Seminaris diajak
dan diharapkan untuk memanfaatkan sarana-sarana yang diberikan oleh orang tua
sebaik mungkin.
8.
Seminaris
diharapkan untuk menjaga fasilitas umum sebaik mungkin demi kehidupan bersama.
Aspek Sosietas (Kebersamaan)
1.
Seminaris dilatih
untuk mampu mewujudkan komunitas seminari sebagai convivium atau medan hidup bersama.
2.
Seminaris dilatih
untuk mampu menghayati hidup persaudaraan dengan sesama seminaris:
a.
Tidak memandang anggota
komunitas sebagai teman tetapi sebagai sahabat dan saudara.
b.
Komunitas seminari
perlu dipandang sebagai keluarga
3.
Seminaris dilatih
untuk mampu berelasi dengan sesamanya secara sehat dan wajar.
4.
Seminaris
diarahkan untuk mampu menerima secara tulus dan jujur keunikan pribadi
sesamanya.
5.
Seminaris
dibimbing untuk mampu mengadakan correction
fraternal, untuk mengoreksi dan mengevaluasi perkembangan diri sendiri dan
sesama, demi perkembangan kualitas hidup personal maupun komunal.
6.
Seminaris
dibimbing untuk memandang komunitas sebagai orang-orang terpanggil dan berusaha
untuk saling mendukung dalam panggilannya.
7.
Seminaris diperkenalkan
dengan norma-norma dan nilai-nilai kehidupan kristiani maupun nilai-nilai hidup
sebagai orang-orang terpanggil.
8.
Seminaris diarahkan
untuk memandang sesama sebagai “diriku sendiri” yang harus diperhatikan dan
dilayani.
9.
Dalam hubungan
dengan lawan jenis (wanita), seminaris dibimbing untuk bersikap wajar dan
menghormatinya.
Aspek Solidaritas
1.
Seminaris
dibimbing untuk memiliki perhatian, belas kasih dan bela rasa (empati) terhadap
sesama yang miskin dan menderita. Hal ini dilakukan melalui kegiatan, antara
lain: Mengunjungi panti asuhan, kegiatan “live
In”, mengorganisasi kegiatan sosial, mengunjungi daerah-daerah kumuh,
menyimak dan membaca berita nasional dan internasional tentang penderitaan
rakyat dan melihat video-video tentang bermacam-macam kemiskinan dan
ketidakadilan.
2.
Seminaris dilatih
seturut kemampuan dan ketrampilannya untuk berani memperjuangkan kebenaran dan
keadilan bagi sesamanya.
3.
Seminaris
dibimbing untuk ikut ambil bagian dalam kegiatan-kegiatan sosial; kelompok
sosial paroki (SSP), kelompok sosial Vinsensius (SSV), mudika maupun kelompok
sosial lainnya dalam kehidupan masyarakat.
4.
Seminaris
dibimbing untuk ikut ambil bagian dalam kegiatan-kegiatan kemasyarakatan, yang
diadakan oleh RT, RW, maupun kelurahan.
5.
Para seminaris
dibimbing untuk menanggapi tanda-tanda jaman dengan menanggapinya secara kritis
informal melalui media massa dan sarana lain, sehingga dapat membedakan antara
yang benar dan yang tidak benar, dan belajar memanfaatkan media untuk
menyampaikan kebenaran-kebenaran injili.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar