Kamis, 12 Januari 2012

Pembinaan Seminaris





Seminaris adalah remaja yang mempunyai keterarahan dalam jalan panggilan imamat. Lingkungan hidup tempat mereka hidup dan berada merupakan suasana yang mewarnai sebagian besar pola pikir, pola perilaku dan wawasan diri mereka. Untuk itu pembinaan di Seminari selalu diwarnai oleh suasana hidup yang mereka bawa dan juga pengaruh relasional dengan orang-orang yang ada disekitarnya.

Fokus Pembinaan

Kelas Persiapan Pertama (KPP)
a.      Seminaris krasan dengan tempat yang baru, teman baru, suasana baru, serta merasa bahagia sebagai orang yang terpanggil.
b.      Seminaris memiliki dasar hidup suci, sehat dan tekun dalam studi. Untuk itu mereka dibimbing untuk mengenal dan mulai menghayati tradisi hidup rahoni, liturgi, devosi, mengembangkan hidup sehat dan diperkenalkan dengan cara belajar efektif efisien dalam rangka menumbuhkan budaya belajar.
c.       Seminaris memilki dasar pengolahan kepribadian dan sosialitas. Untuk itu mereka dibimbing untuk mulai mengolah seksualitas, mengenal norma dan nilai, membina kejujuran, keterbukaan, mengatur hubungan dengan keluarga, belajar hidup bersama dan memiliki mekanisme hidup berkelompok.
d.      Seminaris masuk dalam proses re-mediasi, yakni memperdalam dan meningkatkan pengetahuan yang telah diterima di SLTP sebagai persiapan masuk SMU.
e.      Seminaris menyelesaikan karya tulis ilmiah sebagai syarat kenaikan ke kelas I.

Kelas Satu (I)
a.      Seminaris masuk SMU dan bergabung dengan siswa-siswi luar. Mereka dilatih untuk mengadakan relasi yang sehat dengan lawan jenis.
b.      Seminaris membatinkan nilai-norma dan kebiasaan yang sudah ditanamkan di Kelas Persiapan Pertama (KPP).
c.       Seminaris mengenal diri, menerima diri dan mengembangkan diri. Mereka dituntun dalam usaha menjadikan Yesus sebagai tokoh identifikasi dan dalam usaha menjembatani diri ideal dengan diri actual mereka.
d.      Seminaris mendalami hidup doa, keheningan, persaudaraan dan mulai mengenal imam diosesan serta Lembaga Hidup Bakti.
e.      Seminaris menyelesaikan karya tulis sebaik mungkin (intern Seminari).
f.        Seminaris mampu mengatur waktu secara efektif dan efisien untuk studi dan kegiatan ektrakurikuler.

Kelas Dua (II)
a.      Seminaris menemukan dan mengolah nilai-nilai yang memerdekakan dan membebaskan.
b.      Seminaris mampu mengambil keputusan sesuai dengan panggilan hidupnya.
c.       Seminaris menyelesaikan karya tulis sebaik mungkin (intern seminari).
d.      Seminaris mampu mengungkapkan diri secara benar, sehat kritis-kreatif dan dewasa.

Kelas Tiga (III)
a.      Seminaris menegaskan dan memantapkan keputusan panggilan hidupnya.
b.      Seminaris memantapkan kedewasaan manusiawi kristiani.
c.       Seminaris menyelesaikan karya tulis ilmiah,
d.      Seminaris menyelesaikan ujian akhir di SMUK dengan hasil optimal.
e.      Seminaris siap melanjutkan studi ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Aspek dan Kegiatan Pembinaan
Proses Pembinaan di Seminarium Marianum Keuskupan Malang merupakan pembinaan berkesinambungan agar seminaris dapat mewujudkan profil lulusan yang mengacu pada aspek sanctitas (kesucian), sanitas (kesehatan), scientia (kepandaian), simplicitas (kesederhanaan), societas (persekutuan), solidaritas (kesetiakawanan). Visi dan Misi seminari menjadi acuan dasar pembinaan dan dasar aneka kegiatan yang diselenggarakan selama proses pembinaan di Seminarium Marianum. Maka pembinaan seminaris mencakup enam aspek di atas.

Aspek Sanctitas
Para seminaris dibimbing untuk beriman dan mengikuti Kristus serta meneladani Bunda Maria dalam menghayati panggilan hidup. Lewat pembinaan sanctitas, seminaris didampingi agar berkembang dalam hidup rohani, panggilan, serta dalam hidup menggereja dan masyarakat.
Pembinaan Hidup Rohani
a.      Seminaris diperkenalkan dengan tradisi doa dan devosi antara lain melalui kegiatan doa sadhana, meditasi, doa harian dan ziarah.
b.      Seminaris terlibat dalam liturgi dengan mempersiapkan, menyelenggarakan, menghayati ekaristi, tobat, ibadat  sabda, completorium, renungan, puncta, doa lingkungan.
c.       Seminaris didampingi untuk berkembang dalam iman, harapan dan kasih melalui bimbingan rohani, retret  tahunan, rekoleksi bulanan, Legio Maria, refleksi, konferensi, instruksi, bacaan rohani, Kelompok Kitab Suci, dan “corectio fraternal.”

Pembinaan Hidup Panggilan
a.      Seminaris didampingi agar tumbuh dan berkembang kearah kedewasaan sesuai dengan usianya sehingga mereka semakin mampu mengambil keputusan hidup sesuai dengan panggilannya.
b.      Seminaris didampingi agar mengenali panggilan Tuhan dengan menelusuri sejarah hidupnya. Oleh karena itu, mereka diminta menulis sejarah hidup dan panggilan. Motivasi panggilan yang masih berorientasi fungsi dan status dimurnikan kearah motivasi rohani dan apostolik.
c.       Seminaris didampingi untuk mengenal corak hidup imam diosesan dan religius, antara lain dengan membaca dan mendalami dokumen Gereja serta mengunjungi tempat-tempat pembinaan calon imam dan biara, sehingga pada waktunya mampu membuat keputusan yang tepat sesuai panggilannya. Mereka juga didampingi agar mengenal, dan mulai menghidupi tiga nasehat Injili (kemiskinan, kemurnian dan ketaatan) yang merupakan tuntutan radikal kehidupan kristiani dan imam.
d.      Seminaris perlu menyelenggarakan “Aksi Panggilan” untuk memberi kesaksian panggilannya sebagai seminaris, mengenal Gereja dan umat setempat dan menumbuhkan semangat merasul.
e.      Orang tua dan keluarga dilibatkan dalam pembinaan panggilan seminaris. Keterlibatan itu dilaksanakan pada saat seminaris berlibur, pada Hari Orang Tua, pada hari kunjungan orang tua dan melalui surat-menyurat.
f.        Para Romo Paroki dilibatkan dalam pembinaan panggilan seminaris juga, melalui kesempatan yang diberikan kepada seminaris untuk terlibat aktif di paroki pada waktu liburan.

Pembinaan Hidup Menggereja dan Masyarakat
a.      Sebagai calon imam dan bagian dari jemaat Gerejani dan masyarakat, seminaris perlu di beri pembinaan kearah kehidupan menggereja dan memasyarakat.
b.      Seminaris didampingi agar berkembang dalam semangat pelayanan dan kerasulan. Sarananya antara lain:
a.      Menjadi petugas liturgi (koor, lector, misdinar) dalam Ekaristi di paroki sekitar Seminarium Marianum.
b.       Terlibat dalam doa-doa lingkungan atau kelompok doa di paroki Probolinggo dan sekitar.
c.       Mengikuti ceramah yang diselenggarakan oleh Seminarium Marianum atau SMUK Mater Dei atau pihak luar sejauh oleh pembina dilihat bermanfaat.
c.       Seminaris didorong untuk membangun kerjasama dengan pemeluk agama lain, kepercayaan dan kelompok lain. Bentuk kerjasama itu diwujudkan antara lain dengan; sarasehan, ceramah, kunjungan, diskusi, dialog.
d.      Seminaris didampingi agar rasa sosial dan kepekannya akan keadilan berkembang. Mereka juga dididik untuk memilik pandangan yang sehat dan benar tentang masyarakat dan seminarium; tekun, kritis-analitis dan refleksif dalam menyerap informasi melalui multi media.
e.      Seminaris berlatih memimpin dan berorganisasi dengan dijiwai oleh semangat melayani dan rela berkorban. Untuk itu, setiap seminaris diberi tugas dan tanggungjawab dalam seminarium dan maupun di sekolah (keterlibatan dalam OSIS)
f.        Seminaris dibimbing agar memiliki ketrampilan menjalin hubungan antar pribadi yang baik dan dewasa, dengan pria maupun wanita.
g.      Mereka dibina agar mengembangkan empati mengungkapkan emosi secara benar, menghargai kebaikan orang lain, memperhatikan sopan-santun dalam menggunakan telepon,mengirim atau menerima surat, serta bertamu atau menerima tamu.

Aspek Sanitas
Demi keseimbangan kepribadian dan imamat, seminaris dituntut berbadan sehat dan berkepribadian dewasa.

Pembinaan Kesehatan Badan
Seminaris yang diterima di seminari harus dinyatakan sehat oleh dokter. Bagi seminaris yang sakit disediakan kamar sakit. Bila sakit cukup berat, seminaris dibawa ke rumah sakit atau dokter supaya mendapatkan pemeriksaan dan perawatan. Biaya sakit dan pengobatan ditanggung oleh orang tua seminaris.
Seminaris menyediakan makanan dan minuman yang sehat dan memenuhi standar gizi, agar pertumbuhan dan kesehatan badan seminaris terjaga. Selain itu, kesempatan makan-minum merupakan sarana untuk melatih hidup bersama, melatih pengendalian diri serta mengatur selera dan kenikmatan.
Seminaris menyediakan sarana dan kesempatan berolahraga, antara lain: sepakbola, basket, volley, tenis meja, panjat tebing dan mendaki gunung.
Setiap hari ada Opus Manuale (kerja) pagi dan sore. Seminaris membersihkan rumah dan lingkungan. Pada waktu-waktu tertentu diadakan Opus Magna (kerja besar).

Untuk menjaga kesegaran badan dan jiwa, seminaris perlu berekreasi dan beristirahat secukupnya. Seminaris dilatih mengatur waktu untuk berekreasi bersama dan memanfaatkan waktu tidur serta diberi kesempatan untuk ambulation (jalan-jalan).
Liburan Natal, Paskah maupun akhir tahun pelajaran diberikan kepada seminaris untuk menjalin relasi dengan keluarga, kenalan, masyarakat serta pastor Paroki untuk mendapatkan kesegaran baru dalam kehidupan. Untuk itu seminaris tidak diperkenankan untuk tinggal di seminari pada waktu liburan tersebut.

Pembinaan kedewasaan Manusiawi
1.      Seminaris dibimbing agar mengenal diri menerima keadaan diri serta keluarga dan lingkungan yang membesarkannya. Maka mereka diminta menulis sejarah hidup yang kemudian diolah bersama pembina di seminari.
2.      Setiap seminaris wajib memiliki seorang pembimbing rohani, yakni seorang imam yang dipilih sendiri dan disetujui oleh Rektor. Hendaklah seminaris wajib mengadakan bimbingan rohani.
3.      Seminaris dibimbing agar mempunyai kemampuan berelasi secara sehat. Usaha itu ditempuh antara lain melalui pergaulan dengan teman, guru dan Pembina, maupun karyawan. Melaluinya seminaris berusaha mengembangkan kejujuran, keterbukaan, kemampuan berdialog, solidaritas, kerjasama, rasa menghargai,perhatian kepada orang sakit, belas kasih, kerelaan bergaul dengan semua orang, dan kemampuan menyelesaikan konflik.
4.      Seminaris dibimbing dalam menghayati seksualitasnya, antara lain dengan ceramah tentang seksualitas. Pembinaan itu dimaksudkan untuk membantu penghayatan seksualitas dan pergaulan yang wajar dan sehat.
5.      Seminaris dibimbing dalam mengembangkan kemerdekaan hati dan tanggungjawab. Oleh karena itu, perlu ditanamkan sikap-sikap disiplin dalam segala hal, tekun dan kerja keras, jujur dan terbuka dalam membawakan diri dan siap sedia menjalankan tugas.

Aspek Scientia
Pembinaan scientia berupa pengembangan terbimbing bagi seminaris dalam bidang pengetahuan, ketrampilan dan organisasi. Pembinaan ini dimaksudkan agar seminaris memiliki kedisiplinan berpikir, tradisi membaca dan studi yang kuat, serta semangat untuk mengembangkan potensi-potensi dirinya.

Pengembangan Pengetahuan
1.      Seminaris mengikuti program pendidikan Seminari yang terbagi menjadi 2 bagian, yakni:
a.      Kelas Persiapan Pertama (KPP), yakni kelas untuk seminaris lulusan SLTP. Kelas ini dimaksudkan sebagai tahun penyesuaian dan persiapan untuk masuk SMU. Lamanya satu tahun dan sistemnya gugur.
b.      SMU yakni tingkat pendidikan formal SMU. Mereka masuk dan studi di SMUK “Mater Dei” Probolinggo. Tingkat ini meliputi kelas I, II, dan III. Tingkatan ini mengikuti kurikulum Departemen Pendidikan dan Kebudayaan di SMUK Mater Dei, serta ditambah dengan kurikulum Seminari (bahasa asing, Kitab Suci, Spiritualitas)
2.      Seminaris diberi waktu studi setiap hari pada sore dan malam hari. Diharapkan, para seminaris berinisiatif memanfaatkan waktu-waktu luang untuk mengembangkan pengetahuan, bakat, minat dan ketrampilan.
3.      Diharapkan, Seminaris memiliki minat baca yang tinggi. Untuk mencapai tujuan tersebut, Seminari menyediakan antara lain buku-buku sekolah dan perpustakaan, majalah dan Koran yang mendukung.
4.      Seminaris diberikan kesempatan untuk mengikuti ceramah atau seminar yang diadakan oleh Seminari atau SMUK Mater Dei maupun oleh pihak luar agar terdukung usahanya mengembangkan pengetahuan manajemen acara resmi.
5.      Pengembangan Ketrampilan
a.      Untuk mengembangkan kemampuan seminaris dalam mengarang, seminari menyediakan tenaga untuk latihan menulis, mengadakan latihan jurnalistik dan karang mengarang dalam majalah Duc In Altum, majalah dinding seminari, majalah sekolah. Kecuali itu seminaris didorong untuk ikut serta dalam lomba mengarang yang diselenggarakan instansi lain.
b.      Seminaris dilatih agar mempunyai ketrampilan berbicara di depan umum secara logis, runtut, tajam dan terpola (Public Speaking), antara lain juga melalui forum Sidang Akademis (St. Thomas Aquino).
c.       Seminari diberi wadah untuk mengembangkan ketrampilan dan olah seni drama, tari, estetika.
d.      Seminaris diberi wadah untuk pengembangan seni musik melalui pelajaran di sekolah, olah vocal (koor),  band.
e.      Seminaris dilatih mengetik secara benar dan trampil menguasai komputer serta internet.
Pengembangan Kemampuan Berorganisai
1.      Seminaris  dilatih memimpin dan berorganisasi secara benar dan baik, melalui Latihan kepemimpinan Tingkat Dasar (LKTD), OSIS, Kepengurusan Sidang Akdemis, Kepanitiaan dan acara-acara tertentu.
2.      Seminaris dilatih berorganisasi secara baik. Melalui: surat-menyurat, membuat program rencana kerja, melaksanakan program kerja serta mengevaluasi program kerja tersebut.
3.      Seminaris dilatih untuk membuat laporan penggunaan keuangan secara teratur dan bertanggungjawab.
4.      Seminaris dilatih untuk mengenal lembaga-lembaga organisasi lainnya.
5.      Seminaris dilatih untuk mengorganisasi sebuah acara dengan memperhatikan; latar belakangnya, visi dan misinya, tujuannya, programnya, pelaksanaannya, waktu pelaksana, anggarannya.

Aspek Simplicitas (Kesederhanaan)
1.      Seminaris dilatih untuk mampu menghayati hidup sederhana dengan fasilitas yang ada.
2.      Seminaris dilatih dan dibiasakan menggunakan secara optimal fasilitas-fasilitas yang minimal.
3.      Seminaris dilatih untuk mampu secara kreatif menciptakan, seturut kemampuan, sarana-sarana yang mereka butuhkan.
4.      Seminaris dilatih untuk ugahari dengan apa yang mereka miliki.
5.      Seminaris dilatih untuk bersikap jujur, tulus dalam hidup dan tindakan mereka.
6.      Seminaris dilatih untuk memakai pakaian yang sopan, sederhana dan tidak memakai asesoris apa pun.
7.      Seminaris diajak dan diharapkan untuk memanfaatkan sarana-sarana yang diberikan oleh orang tua sebaik mungkin.
8.      Seminaris diharapkan untuk menjaga fasilitas umum sebaik mungkin demi kehidupan bersama.
Aspek Sosietas (Kebersamaan)
1.      Seminaris dilatih untuk mampu mewujudkan komunitas seminari sebagai convivium atau medan hidup bersama.
2.      Seminaris dilatih untuk mampu menghayati hidup persaudaraan dengan sesama seminaris:
a.      Tidak memandang anggota komunitas sebagai teman tetapi sebagai sahabat dan saudara.
b.      Komunitas seminari perlu dipandang sebagai keluarga
3.      Seminaris dilatih untuk mampu berelasi dengan sesamanya secara sehat dan wajar.
4.      Seminaris diarahkan untuk mampu menerima secara tulus dan jujur keunikan pribadi sesamanya.
5.      Seminaris dibimbing untuk mampu mengadakan correction fraternal, untuk mengoreksi dan mengevaluasi perkembangan diri sendiri dan sesama, demi perkembangan kualitas hidup personal maupun komunal.
6.      Seminaris dibimbing untuk memandang komunitas sebagai orang-orang terpanggil dan berusaha untuk saling mendukung dalam panggilannya.
7.      Seminaris diperkenalkan dengan norma-norma dan nilai-nilai kehidupan kristiani maupun nilai-nilai hidup sebagai orang-orang terpanggil.
8.      Seminaris diarahkan untuk memandang sesama sebagai “diriku sendiri” yang harus diperhatikan dan dilayani.
9.      Dalam hubungan dengan lawan jenis (wanita), seminaris dibimbing untuk bersikap wajar dan menghormatinya.

Aspek Solidaritas
1.      Seminaris dibimbing untuk memiliki perhatian, belas kasih dan bela rasa (empati) terhadap sesama yang miskin dan menderita. Hal ini dilakukan melalui kegiatan, antara lain: Mengunjungi panti asuhan, kegiatan “live In”, mengorganisasi kegiatan sosial, mengunjungi daerah-daerah kumuh, menyimak dan membaca berita nasional dan internasional tentang penderitaan rakyat dan melihat video-video tentang bermacam-macam kemiskinan dan ketidakadilan.
2.      Seminaris dilatih seturut kemampuan dan ketrampilannya untuk berani memperjuangkan kebenaran dan keadilan bagi sesamanya.
3.      Seminaris dibimbing untuk ikut ambil bagian dalam kegiatan-kegiatan sosial; kelompok sosial paroki (SSP), kelompok sosial Vinsensius (SSV), mudika maupun kelompok sosial lainnya dalam kehidupan masyarakat.
4.      Seminaris dibimbing untuk ikut ambil bagian dalam kegiatan-kegiatan kemasyarakatan, yang diadakan oleh RT, RW, maupun kelurahan.
5.      Para seminaris dibimbing untuk menanggapi tanda-tanda jaman dengan menanggapinya secara kritis informal melalui media massa dan sarana lain, sehingga dapat membedakan antara yang benar dan yang tidak benar, dan belajar memanfaatkan media untuk menyampaikan kebenaran-kebenaran injili.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar